Pages

Thursday, April 2, 2009

Shalat Khusyuk Tak Harus Bayar Mahal


”SYEH Mustofa, saya pernah ngaji di pesantren. Tetapi setiap shalat belum bisa khusyuk, mengapa? Mungkin syeh punya petunjuk dan saran ?”. Pertanyaan itu disampaikan seorang penelepon bernama Bahruddin dalam dialog interaktif dengan Syeh Mustofa Mas'ud Haqqani di Radio Dais (Dakwah Islam), Masjid Agung Jawa Tengah.

Mursyid Thoriqoh Naqsabandy Haqqani Indonesia itu menjawabnya dengan santai. ”Shalat itu disebut khusyuk apabila sudah memindahkan pusat pikiran ke hati by heart. Mana ada shalat khusyuk bisa dibeli jutaan rupiah dengan kursus dan penataran?” katanya.

Dialog di studio Radio Dais, lantai dasar Menara Al-Husna MAJT itu dipandu oleh reporter Karno dan Sekretaris Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah Agus Fathuddin Yusuf.

Jamaah thoriqoh Syeh Musthofa tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Eropa Barat, Amerika Utara, Asia Tenggara dan lain-lain. Pimpinan tertinggi thoriqoh ini ada di Syprus yaitu Syeh Nadzim Haqqani, sedang menantunya Syeh Maulana Hisyam di Amerika Serikat.

Syeh Mustofa sendiri tak banyak menjelaskan jati dirinya. Ia hanya mengatakan asli Jombang, Jatim dan pernah kuliah di London. Menurut Prof Dr HM Amin Syukur MA, saat kuliah di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Syeh Mustofa pernah menjadi Ketua Dewan Mahasiswa. Sambil kuliah di IAIN, ia juga nyambi kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). ”Kebanyakan yang kuliah di fakultas Adab, Bahasa Inggris dan Arabnya jago-jago,” kata Amin Syukur.

Ketika ditanya, di mana menetap bertempat tinggal? Ia mengatakan tidak tentu. Kadang di Jakarta, kadang di Semarang, Sumatera, Kalimantan, dan kadang-kadang keliling dunia. Di Semarang biasanya tempat zawiyah (tempat berkumpulnya murid-murid thoriqoh) di rumah Rosyad Ma'shum Jalan Erlangga Tengah Gang VI nomor 2. ”Kalau kebetulan ke Jawa Tengah, biasanya Syeh singgah di tempat kami. Jadwal acaranya sangat padat,” tutur Hajjah Rosyad.
Shalat Khusyuk

Masih sekitar shalat khusyuk, menurut Syeh Mustofa, latihan yang bisa dilakukan supaya khusyuk dengan cara diam sejenak berkonsentrasi sebelum mengangkat tangan takbiratul ihram. ”Aja ujug-ujug takbiratul ihram Allahu Akbar,” katanya dengan logat Jawa Timuran yang medhok.

Saat diam dan konsentrasi tersebut gunakan untuk menghitung-hitung segala kenikmatan yang diterima beberapa saat sebelum shalat. ”Bicaralah dengan hati,” tuturnya.

Renungkan juga beban hidup, musibah, berbagai keruwetan masalah yang dihadapi sesaat sebelum shalat. Bila beban dan persoalan itu sangat berat, sampaikan dan pasrahkan semuanya kepada Allah. ”Kalau semuanya sudah, baru takbiratul ihram Allahu Akbar. Coba resep ini, kalau sungguh-sungguh Insya Allah berhasil. Intinya jangan kesusu takbiratul ihram” katanya sambil tersenyum.

Ia menyontohkan peristiwa saat Sayidina Ali terkena panah. Ia minta para sahabatnya untuk mencabut anak panah yang menancap di punggung saat Ali terlihat sudah dalam keadaan benar-benar khusyuk. Benar saja, ketika pengaruh otak dan ego sudah hilang dan berpindah ke hati, para sahabat buru-buru mencabut anak panah. Dan Sayidina Ali tidak merasa kesakitan sedikitpun.(SM)








3 comments:

  1. khusuk gk khusuk yang penting sholat gmn pk? yang penting saya merasakan klu dah sholat sdh gk ada beban gmn tu pak?mohon sarannya

    ReplyDelete
  2. serahkan pada Alloh, dan mohonlah bimbingan guru-guru kita dan Rosululloh, Insya Alloh barokah

    ReplyDelete
  3. "Shalat Khusuk Tak Harus Dibayar Mahal" yang penting niat, yakin, ikhlas dan sungguh - sungguh

    ReplyDelete

Popular Posts